Komedi Berbalut Romansa
A
A
A
ASLINYA, Cat Awol adalah film romansa tentang anak magang yang jatuh cinta kepada mentornya. Namun pembuat filmnya terlalu bersemangat memberi bumbu komedi, hingga rasa aslinya justru hilang tenggelam.
Kisah Cat Awol sebenarnya adalah kisah yang sangat familier. Cerita tentang seorang gadis magang yang naksir mentornya yang ganteng mungkin dialami banyak gadis di seluruh penjuru dunia. Dan yang namanya kisah cinta, meski klise dan terus berulang, sebenarnya tetap enak untuk disaksikan. Hipotesis inilah yang sepertinya mendasari Cat Awol dibuat.
Alkisah, Mayo (Pimchanok Leuwisetpaiboon) baru saja masuk menjadi karyawan magang di sebuah perusahaan periklanan. Baru masuk hari pertama, dia sudah bertemu dengan asisten sutradara bernama Mor (Arak Amornsupasiri), pria paling ganteng di antara seluruh pekerja yang kebanyakan doyan bercanda. Tentu saja, Mayo langsung naksir Mor.
Sebagai anak magang yang kikuk, dia berusaha untuk patuh pada perintah Mor. Setiap kali Mor dekat-dekat dirinya, Mayo pasti langsung senyumsenyum malu. Suatu kali, perusahaan tempat mereka bekerja menerima klien dari Jepang dengan permintaan yang aneh. Dia ingin produk mi buatannya dibintangi oleh seekor kucing. Sutradara Dode (Pongsak Pongsuwan) langsung lepas tangan.
Selain karena permintaan ini tidak masuk akal, dia juga takut dengan kucing. Akhirnya pekerjaan ini diberikan kepada Mor. Mor pun minta bantuan Mayo untuk meng-casting kucing-kucing yang ada. Dan karena pekerjaan ini, interaksi keduanya pun semakin dekat. Mayo pun semakin sering blingsatan dan degdegan karena Mor sering memberikan perhatian kepadanya.
Sebenarnya, sinopsis ini saja sudah cukup baik untuk menarik perhatian penonton remaja. Apalagi, filmnya dibintangi oleh aktor, model, penyanyi, dan gitaris band rock tampan Arak Amornsupasiri. Tanpa harus berakting bagus, penonton remaja putri pasti akan mengeluarkan suara-suara histeris tiap kali wajah Arak muncul di layar. Sementara Pimchanok Leuwisetpaiboon sebagai Mayo tak hanya berwajah cantik imut menggemaskan, juga pandai berakting.
Masih ingat perannya sebagai Nam, si gadis buruk rupa di First Love (Crazy Little Thing Called Love )? Di film ini, aktingnya pun sangat pas sebagai anak magang yang tergila-gila kepada mentornya. Namun, para pembuat Cat Awol tampaknya kurang percaya diri dengan modal yang sudah mereka miliki di awal. Hingga akhirnya, mereka memutuskan memasukkan begitu banyak bumbu komedi di film ini.
Sebenarnya hal ini tidak masalah jika komedinya berhubungan dengan jalinan cerita dan memperkuat isi film. Namun, ini tidak. Lawakan yang ditugaskan kepada rekan-rekan kerja Mor lebih banyak terpisah dari kisah romansa Mayo dan Mor. Komedinya lebih seperti potongan-potongan cerita atau fragmen komedi yang akibat terlalu banyak, jadi malah mengganggu dan merusak inti cerita.
Dibanding sebuah film romansa komedi, Cat Awol akhirnya menjadi sebuah film komedi tak tentu arah dengan selipan kisah romansa. Praktis, sepanjang nyaris 2 jam durasi film, kisah romansa dua bintang utamanya benarbenar tak bergerak maju. Di awal ada kisah romansa, lalu sepanjang film diisi komedi, lalu di akhir film barulah kisah romansa ini mulai bergerak layaknya film romansa sungguhan.
Belum lagi pemeran kucing-kucing di film ini, tak terlihat seperti celebrity cat yang bisa berakting profesional. Mereka memang lucu dan cukup bisa memancing senyum, tapi itu saja tidak cukup. Singkatnya, jika Anda berharap menonton sebuah film yang memiliki jalan cerita utuh dan rapi, Cat Awol adalah film yang membuat depresi.
Namun jika hanya menginginkan hiburan ringan untuk sekadar tersenyum, Cat Awol mungkin masih bisa ditonton, dengan catatan ditonton beramai-ramai bersama teman-teman.
Herita endriana
Kisah Cat Awol sebenarnya adalah kisah yang sangat familier. Cerita tentang seorang gadis magang yang naksir mentornya yang ganteng mungkin dialami banyak gadis di seluruh penjuru dunia. Dan yang namanya kisah cinta, meski klise dan terus berulang, sebenarnya tetap enak untuk disaksikan. Hipotesis inilah yang sepertinya mendasari Cat Awol dibuat.
Alkisah, Mayo (Pimchanok Leuwisetpaiboon) baru saja masuk menjadi karyawan magang di sebuah perusahaan periklanan. Baru masuk hari pertama, dia sudah bertemu dengan asisten sutradara bernama Mor (Arak Amornsupasiri), pria paling ganteng di antara seluruh pekerja yang kebanyakan doyan bercanda. Tentu saja, Mayo langsung naksir Mor.
Sebagai anak magang yang kikuk, dia berusaha untuk patuh pada perintah Mor. Setiap kali Mor dekat-dekat dirinya, Mayo pasti langsung senyumsenyum malu. Suatu kali, perusahaan tempat mereka bekerja menerima klien dari Jepang dengan permintaan yang aneh. Dia ingin produk mi buatannya dibintangi oleh seekor kucing. Sutradara Dode (Pongsak Pongsuwan) langsung lepas tangan.
Selain karena permintaan ini tidak masuk akal, dia juga takut dengan kucing. Akhirnya pekerjaan ini diberikan kepada Mor. Mor pun minta bantuan Mayo untuk meng-casting kucing-kucing yang ada. Dan karena pekerjaan ini, interaksi keduanya pun semakin dekat. Mayo pun semakin sering blingsatan dan degdegan karena Mor sering memberikan perhatian kepadanya.
Sebenarnya, sinopsis ini saja sudah cukup baik untuk menarik perhatian penonton remaja. Apalagi, filmnya dibintangi oleh aktor, model, penyanyi, dan gitaris band rock tampan Arak Amornsupasiri. Tanpa harus berakting bagus, penonton remaja putri pasti akan mengeluarkan suara-suara histeris tiap kali wajah Arak muncul di layar. Sementara Pimchanok Leuwisetpaiboon sebagai Mayo tak hanya berwajah cantik imut menggemaskan, juga pandai berakting.
Masih ingat perannya sebagai Nam, si gadis buruk rupa di First Love (Crazy Little Thing Called Love )? Di film ini, aktingnya pun sangat pas sebagai anak magang yang tergila-gila kepada mentornya. Namun, para pembuat Cat Awol tampaknya kurang percaya diri dengan modal yang sudah mereka miliki di awal. Hingga akhirnya, mereka memutuskan memasukkan begitu banyak bumbu komedi di film ini.
Sebenarnya hal ini tidak masalah jika komedinya berhubungan dengan jalinan cerita dan memperkuat isi film. Namun, ini tidak. Lawakan yang ditugaskan kepada rekan-rekan kerja Mor lebih banyak terpisah dari kisah romansa Mayo dan Mor. Komedinya lebih seperti potongan-potongan cerita atau fragmen komedi yang akibat terlalu banyak, jadi malah mengganggu dan merusak inti cerita.
Dibanding sebuah film romansa komedi, Cat Awol akhirnya menjadi sebuah film komedi tak tentu arah dengan selipan kisah romansa. Praktis, sepanjang nyaris 2 jam durasi film, kisah romansa dua bintang utamanya benarbenar tak bergerak maju. Di awal ada kisah romansa, lalu sepanjang film diisi komedi, lalu di akhir film barulah kisah romansa ini mulai bergerak layaknya film romansa sungguhan.
Belum lagi pemeran kucing-kucing di film ini, tak terlihat seperti celebrity cat yang bisa berakting profesional. Mereka memang lucu dan cukup bisa memancing senyum, tapi itu saja tidak cukup. Singkatnya, jika Anda berharap menonton sebuah film yang memiliki jalan cerita utuh dan rapi, Cat Awol adalah film yang membuat depresi.
Namun jika hanya menginginkan hiburan ringan untuk sekadar tersenyum, Cat Awol mungkin masih bisa ditonton, dengan catatan ditonton beramai-ramai bersama teman-teman.
Herita endriana
(ftr)